Ketika Anda berhasil meraih “hati” pelanggan, mereka akan bersedia dengan sukarela “berkorban” untuk Anda

Selasa, 08 Maret 2011

BELAJAR JADI MARKETING CONSULANT DARI SI TUKANG SAYUR


Ibu Saya punya langganan tukang sayur seperti layaknya ibu-ibu lainnya…nah tukang sayur langganan ibu saya ini ga pake gerobak dorong atau motor tapi dia jalan kaki dan dagangan yang sebegitu buanyaknya dia “sunggi” alias dia bawa di atas kepalanya, ada 2 susun tampak penuh lauk dan sayur beratnya lebih dari 10kiloan gitu deh belum lagi yang dia gendong…

Oia nama tukang sayur ini Mba Yati…dan temen2 tahu di pernah jatuh dari tangga di pasar yang membuatnya hanya bisa di tempat tidur selama 2 bulan dan tidak berjualan, sampai akhirnya semangatnya yang membuatnya bangkit dan kembali berjualan sayur meski dengan cara jalan yang tak lagi sempurna…

Nah apa istimewanya Mba Yati di banding tukang sayur lainnya…? Ya tidak hanya semangat berjualan dengan kaki terpincang-pincang tapi beliau ternyata menerapkan ilmu Marketing yang luar biasa tidak hanya sekedar jual putus tapi bahkan sampai pada tataran konsultan ya konsultan bagi para pembeli dan pelanggan sayurnya…nah simak ceritanya yaa…. :-D

Mba Yati itu tidak pernah menawarkan atau hanya fokus pada keunggulan dagangan sayur dan lauk pauk yang dia bawa (baca: product knowledge), tapi mba Yati justu fokus pada apa yang dibutuhkan oleh ibu saya (baca: pelanggan), biasanya dia akan bertanya “Hari ini ibu pengen masak apa?, saya bawa macem-macem hari ini…”(tapi dalam bahasa Jawa halus) dan bahkan Mba Yati masih mengingat dengan baik kemaren ibu saya sudah masak apa sehingga hari ini dia tidak menawarkan jenis bahan lauk atau sayur yang sama seperti kemaren, dan itu bukan hanya kepada ibu saya saja lho…tapi ke semua pelanggannya…..wow! yang menarik lagi Mba Yati juga tahu betul keluarga ini lebih suka sayur apa, si ibu itu ga suka pedes-pedes, si ibu anu lebih suka daging dan ikan, si ibu ini lebih suka sayur-mayur, jadi boleh dibilang Mba Yati ini tahu betul karakteristik pelanggannya.
  
Lesson 1:
Mba Yati sudah menerapkan teori marketing bahwa pelanggan selalu bertanya dalam benak mereka “What’s In It For Me”, yak benar sekali mba Yati tidak langsung menawarkan macam-macam dagangannya tapi bertanya dulu dan memahami kesukaan masing-masing pelanggannya. Dan mba Yati tidak pernah ikut training sales & marketing tapi dia langsung menerapkannya…Go Action!!

Yang bikin hebat adalah ketika mba Yati mulai menurunkan dagangannya dia selalu dengan senang hati mendengarkan obrolan atau “Rumpi”an ibu-ibu yang sedang belanja, dan dia selalu mendengarkan dengan aktif dan bahkan ikut terlibat dalam obrolan sehingga dia dan pada ibu-ibu pelanggannya menjadi sangat akrab, yaaa mereka terlibat dalam obrolan yang bahkan sama sekali tidak mengenai sayur dan lauk pauk…bahkan temen-temen tahu, para ibu-ibu pelanggan mba Yati ini dengan senang hati bercerita tentang kehidupan rumah tangga mereka, suami mereka, anak-anak mereka…dll ya you know lah apa yang biasa diceritakan oleh ibu-ibu he.he..he…tidak hanya disitu temen-temen, Ibu-Ibu pelanggan mba Yati ini merasa sayang banget sama Mba Yati, saya pernah bertanya pada ibu saya sebagai samplenya kenapa ibu lebih suka belanja sama mba Yati dan bahkan ibu suka ngasih makanan dan juga baju buat dia?  Karena Mba Yati itu enakan orangnya, ramah, diajak ngobrol tu enak, baik, plus dia kalo ngasih harga itu wajar sementara yang lain ga bisa diajak ngobrol, jutek, diem aja ga bisa diajak bercanda dan kalo ngasih harga itu seenaknya sendiri pahadal ibu kan tahu harga di pasar itu berapa…jadinya males belanja lagi sama dia…(percakapan saya dan ibu saya ini bukan pake bahasa gaul gini temen-temen tapi pake bahasa jawa halus jadi silahkan dibayangkan sendiri yaaa..he..he..). Yupz ibu-ibu pelanggan mba Yati ini sayang sama mba Yati, karena mereka merasa nyaman akhirnya hubungan mereka tidak hanya sekedar si penjual sayur dengan si pembeli, para ibu-ibu ini dengan senang hati memberikan makanan, baju, bahkan uang tip. Ya para ibu-ibu telah merasa nyaman dengan mba Yati, ini bukan lagi sekedar sayur dan lauk yang dia jual tapi ada “Ikatan Emosional” antara ibu-ibu pelanggan dengan Mba Yati….wow!

Lesson 2:
Mba Yati sudah menerapkan bahwa semua proses pembelian 100% dilandasi oleh faktor emosi. Jadi ketika sudah terjalin ikatan emosional yang kuat antara si pembeli dengan si penjual maka proses pembelian akan terjadi, dan bahkan selalu terjadi (repeated demand) alias jadi langganan terus. Mba Yati tidak hanya sekedar menjual sayur dan aneka lauk tapi mba Yati mau mendengarkan dengan aktif cerita ibu-ibu pelanggannya menjadi teman bagi mereka bukan lagi si tukang sayur.
Eitts tunggu bentar temen-temen kisah inspiratif tentang Mba Yati ini masih berlanjut lhoo…masih ada pelajaran lain yang berharga buat kita semua. Lanjutin menyimaknya yaaa…. :-D

Mba Yati itu bukan tukang sayur yang selalu fokus pada produknya (aneka sayur dan lauk) atau menawarkan kepada setiap pelanggan semua sayur dan lauk yang dia bawa, apalagi memaksa ibu-ibu untuk membeli produknya, apalagiiiii…..sampai memelas memohon belas kasihan ibu-ibu untuk membeli produknya….no…no ini bukan mba Yati banggetz gitu lhoh :-D

Hampir setiap hari saya mengamati cara mba Yati melayani ibu saya dan beberapa ibu-ibu yang lain yang rumahnya berdekatan dengan rumah kami. Ada sesuatu yang unik namun luar biasa! Begini ceritanya, kalau ibu Saya sudah mulai memilih lauk ada ikan, daging, bakso, sosis, dan juga sayurannya dan itu banyak banget…mba Yati akan bilang begini…”Bu kemaren kan ibu sudah belanja daging dan belum dimasak to? ntar kebanyakan lho bu dan ditaruh di kulkas terus malah busuk lho…mending ibu pilih aja apa yang akan dimasak hari ini besok kan saya masih ke sini lagi…he..he..” atau kalau ibu saya mau beli cabe dan bawang merah/putih, mba Yati kembali berucap “Coba ibu cek dulu di kulkas atau di dapur masih ada cabe sama bawang nggak…ntar numpuk malah jadi busuk…” dan ibu saya biasanya memang akan nge-cek kalau ternyata masih ya ga jadi beli deh…Nah ada lagi yang menarik, kalau ternyata ibu saya tidak belanja atau tentanga depan juga lagi keluar kota jadi ga ada yang belanja sama mba Yati, biasanya ibu saya bilang begini…Prei dhisik blanjane yo Ti….(baca: Libur dulu belanjanya yaa) dan mba Yati akan menjawab “Nggih mboten nopo-nopo bu…sekalian kula ngaso riyin teng mriki…” nah lho apaan tuh artinya he.he…terjemahannya beginin “Ya Bu..ga  papa…sekalian saya numpang istirahat dulu disini…” dan tahu apa yang terjadi biasanya Mba Yati tetap menyempatkan diri ngobrol sebentar dengan ibu Saya sambil beristirahat…wow Mba Yati !! She’s The Real Marketing Consultant !

Lesson 3:
Sekali lagi temen-temen mba Yati tidak pernah ikut pelatihan Sales & Marketing apa lagi baca buku-bukunya…dia langsung Action!! Nah di pelajaran ke 3 ini pasti temen-temen sudah bisa nebak apa isi pelajarannya kan? Yupz betul sekali ! Mba Yati telah menerapkan yang namanya “Menjadi Konsultan” bagi pembeli, pelanggan, customer, buyer….aaahhhh apapun itu namanya…Dia bukan sekedar Tukang Sayur, bukan pula sales, bukan pula trader, Yupz dia adalah seorang Konsultan! Mba Yati tidak segan-segan memberikan “advise” supaya ibu saya mengecek dulu apakah masih ada stok cabe atau bawang bukan malah dengan senang hati membiarkan pembeli membeli banyak dagangannya biar dia bisa untung banyak. Mba Yati juga dengan dengan hati menyarankan agar ibu saya hanya belanja kebutuhan untuk masak hari ini saja supaya bahan-bahannya masih segar  karena toh besok masih bisa ketemu dan belanja lagi sama dia, dan bukannya malah senang dagangannya diborong . Dan kalaupun si pelanggan hari itu tidak belanja maka mba Yati tetap melakukan “Maintenance” dengan ngobrol barang sebentar dengan pelanggannya sehingga ikatan emosional dengan pelanggannya tetap terjaga.

Sekali lagi Wow!! Mba Yati memang luar biasa…dan saya sadar bahwa saya yang sudah membaca buku sales dan marketing, ikut berbagai pelatihan, dan bahkan diskusi langsung dengan para sales person dan marketer hebat, pun tidak sehebat Mba Yati….karena apa?? Saya masih dibayangi rasa takut salah, takut di tolak, takut gagal, takut ga mencapai target! yang akhirnya rasa takut itu menghambat saya untuk TAKE ACTION!!

Saya belajar dari Mba Yati….setahu dia bahwa pelanggan harus dihargai, setahu dia bahwa pelanggan didengarkan, diperhatikan,…dilayani dengan hati,…dan satu lagi….kita harus jujur dengan pelanggan…mba Yati tidak pernah membuat harga yang mengada-ada alias harganya yang dia berikan wajar, mba Yati selalu menjaga kualitas kesegaran sayur dan lauk dagangannya…bahkan bila memang sayurannya agak kurang berkualitas dia akan bilang “wah bu jangan dibeli yang itu kurang bagus” atau yang itu sudah ga segar lagi…” Wow!

Masih banyak mbak Yati-Mba Yati di luar sana temen-temen…bisa jadi mereka adalah si tukang becak, si tukang ojek, si supir angkot, si pemecah batu, si penambang pasir, si tukang sampah….dan masih banyak lagi…mereka adalah manusia-manusia sederhana dengan aksi sederhana…yang mereka tahu bahwa hidup ini tidak bisa sendiri jadi harus baik sama orang lain kalau mau diperlakukan baik sama orang lain…termasuk dengan pelanggan! Dan jangan segan untuk belajar dari mereka karena mereka adalah pembelajar sejati!

Sebenernya saya menceritakan ini semua untuk menyindir dan menegur diri saya sendiri…kalaupun ada diantara temen-temen yang merasakan hal yang sama yakinlah bahwa Saya hanya ingin menginspirasi hanya dan demi hanya untuk menjadikan diri kita lebih baik lagi…menjadikan kita lebih mencintai profesi sales dan marketing yang kita geluti….So…terus semangattttt…JUST KEEP ON ANTUSIAS!!

MENU